Jumat, 18 Oktober 2013

Refleksi Gerakan Mahasiswa Dalam Rangka Menyambut Hari Sumpah Pemuda




Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang yang mungkar dan beriman kepada Allah, dan kalau sekiranya ahlul kitab beriman, tentulah hal itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada orang-orang  yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik (Surat Ali mran ayat 110).

Siapa itu mahasiswa? pertanyaan ini kira-kira sama dengan pertanyaan Soe Hok Gie tentang siapa saya. Dalam sebuah catatan hariannya, Gie menulis seperti ini: “Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran” (Soe Hok Gie; Catatan Seorang Demonstran).  jelas dalam catatannya Gie ini mahasiswa adalah penegak kebenaran. Oleh karena itu tidak berlebihan kirannya penulis mengutip ayat al qur’at di atas untuk menegaskan tugas mahasiswa sebagai penegak kebenaran (amar ma’ruf dan nahi munkar) sehingga layak disebut sebagai khoiro ummah.

Refleksi
   Mahasiswa adalah pemuda-pemudi bangsa dengan berbagai macam keunggulan. Mereka pula yang menjaga kestabilan negara, membawa inovasi dan perubahan, serta benih pemimpin unggul. Mahasiswa mempunyai tanggung jawab sosial, moral dan intelektual yang lebih dari yang lain. Untuk itulah mahasiswa manjadi kaum terpilih untuk melakukan perubahan sosial atau sebagai agent of social change.

            gaya hidup populer, keberadaan kampus juga sudah semakin mempersempit gerakan dari mahasiswa. Sebagai lembaga yang secara hierarkis membawahi gerakan mahasiswa, birokrasi kampus bekerja dengan aparatus pengetahuan dan kebijakannya yang tidak terbebas dari kepentingan. Kampus telah menjadi tempat di mana kekuasaan, secara efektif dan nyaris tanpa perlawanan, bekerja dan diterima. Salah satu contoh adalah kebijakan memberlakukan absensi 75 % dan juga pewacanaan lulus cepat 3,5 tahun. Dengan kebijakan seperti ini mahasiswa cenderung untuk study oriented dan bersikap individual guna mengejar “prestasi kampus.”
Selanjutnya adalah keberadaan partai politik yang memberikan akses yang luas pada mahasiswa untuk terlibat dalam “politik praktis”, politik prosedural yang berorientasi pada kekuasaan. Hal ini kemudian menjadikan gerakan mahasiswa cenderung pragmatis dan mulai kehilangan independensinya.
Kemapanan, study oriented, dan pragmatis adalah sedikit dari banyak permasalahan yang dihadapi oleh gerakan mahasiswa yang menyebabkan impotensi gerakan sehingga menjadikan mahasiswa tidak lagi menjadi garda terdepan dalam proses perubahan sosial. Kalau sudah seperti ini tentu penulis akan berpikir dua kali untuk menyematkan gelar khoiro ummah yang terpilih untuk melakukan perubahan sosial. Dan tugas kita bersama untuk kembali memposisikan gerakan mahasiswa ditengah lingkungan yang kapitalistik agar gerakan mahasiswa kembali menemukan taringnya sehingga mampu menjadi musuh yang menakutkan bagi mereka yang menindas dan pahlawan bagi yang tertindas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar