Kalian
adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan melarang yang mungkar dan beriman kepada Allah, dan kalau sekiranya ahlul
kitab beriman, tentulah hal itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada
orang-orang yang beriman dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang fasik (Surat Ali mran ayat 110).
Siapa itu mahasiswa? pertanyaan ini
kira-kira sama dengan pertanyaan Soe Hok Gie tentang siapa saya. Dalam sebuah
catatan hariannya, Gie menulis seperti ini: “Pertanyaan
pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya
adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin
mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena
ada suatu yang lebih besar: kebenaran” (Soe Hok Gie; Catatan Seorang
Demonstran). jelas dalam catatannya Gie
ini mahasiswa adalah penegak kebenaran. Oleh karena itu tidak berlebihan
kirannya penulis mengutip ayat al qur’at di atas untuk menegaskan tugas
mahasiswa sebagai penegak kebenaran (amar ma’ruf dan nahi munkar) sehingga
layak disebut sebagai khoiro ummah.
Refleksi
Mahasiswa adalah pemuda-pemudi bangsa dengan
berbagai macam keunggulan. Mereka pula yang menjaga kestabilan negara, membawa
inovasi dan perubahan, serta benih pemimpin unggul. Mahasiswa mempunyai
tanggung jawab sosial, moral dan intelektual yang lebih dari yang lain. Untuk
itulah mahasiswa manjadi kaum terpilih untuk melakukan perubahan sosial atau
sebagai agent of social change.
gaya hidup populer, keberadaan kampus juga sudah semakin mempersempit gerakan
dari mahasiswa. Sebagai lembaga yang secara hierarkis membawahi gerakan
mahasiswa, birokrasi kampus bekerja dengan aparatus pengetahuan dan
kebijakannya yang tidak terbebas dari kepentingan. Kampus telah menjadi tempat
di mana kekuasaan, secara efektif dan nyaris tanpa perlawanan, bekerja dan
diterima. Salah satu contoh adalah kebijakan memberlakukan absensi 75 % dan
juga pewacanaan lulus cepat 3,5 tahun. Dengan kebijakan seperti ini mahasiswa
cenderung untuk study oriented dan
bersikap individual guna mengejar “prestasi kampus.”
Selanjutnya
adalah keberadaan partai politik yang memberikan akses yang luas pada mahasiswa
untuk terlibat dalam “politik praktis”, politik prosedural yang berorientasi
pada kekuasaan. Hal ini kemudian menjadikan gerakan mahasiswa cenderung
pragmatis dan mulai kehilangan independensinya.
Kemapanan,
study oriented, dan pragmatis adalah
sedikit dari banyak permasalahan yang dihadapi oleh gerakan mahasiswa yang
menyebabkan impotensi gerakan
sehingga menjadikan mahasiswa tidak lagi menjadi garda terdepan dalam proses
perubahan sosial. Kalau sudah seperti ini tentu penulis akan berpikir dua kali
untuk menyematkan gelar khoiro ummah yang
terpilih untuk melakukan perubahan sosial. Dan tugas kita bersama untuk kembali
memposisikan gerakan mahasiswa ditengah lingkungan yang kapitalistik agar
gerakan mahasiswa kembali menemukan taringnya sehingga mampu menjadi musuh yang
menakutkan bagi mereka yang menindas dan pahlawan bagi yang tertindas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar